HedlineKhutbah Jumat

Khutbah Jumat: Dua Mata Air di Dua Surga

Oleh: KH. Syamsul Yakin
Waketum MUI Kota Depok

Surga memikat mata siapapun yang mamandangnya. Pesonanya tergambar dalam paduan pepohonan, buah-buahan, dan mata air. Allah mendeskripsikan, “Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir” (QS. al-Rahman/55: 50).

Surga di dalam ayat ini dan ayat-ayat lain sering dimaknai dengan taman dan kebun. Di dalam pengalaman manusia, taman, pepohonan, buah-buahan, dan mata air yang memancar adalah keindahan yang paling indah. Untuk itu, Allah menggambarkan surga sesuai yang dipahami dan dapat dirasakan oleh manusia. Kenyataannya, kelak jauh lebih indah dari yang dibayangkan manusia itu sendiri.

Misalnya, dua mata air yang disebut dalam ayat di atas, menurut al-Zuhaili, adalah mata air Tasnim dan mata air Salsabil. Tentang mata air Salsabil, Allah memberi ilustrasi, “Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil” (QS. al-Insan/76: 17-18). Di dalam Tafsir Jalalain, Salsabil itu adalah air telaga yang rasanya seperti jahe kesukaan orang Arab. Ini adalah jenis minuman yang sangat mudah direguk.

Disebutkan oleh al-Zuhaili bahwa kedua mata air ini mengalir kemana-mana, baik ke atas maupun ke bawah. Syaikh Nawawi mengatakan bahwa kedua mata air ini mengalir sesuai dengan apa yang diinginkan penghuni surga. Kalau penghuni surga menginginkan mata air itu naik atau turun, akan diperturuti.

Agar memesona mata yang memandangnya, al-Maraghi menggambarkan kedua mata air itu juga memancar kemana-mana, mengairi pepohonan dan semua dahan-dahannya. Semua pesona mata ini dipersembahkan Allah bagi para hamba yang menangis saat di dunia karena takut kepada-Nya.

Terkait hal ini, Nabi bersabda, “Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka adalah mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam (begadang) untuk berjaga-jaga (dari serangan musuh) ketika berperang di jalan Allah” (HR. Turmudzi). Tak ada pilihan, tampaknya, para hamba harus banyak menangis untuk menggapai dua mata air dari dua surga itu.

Untuk itu, nikmat dalam ayat ini dan ayat lain harus disyukuri dan jadi pemantik untuk meraihnya. Caranya Allah yang mengajarkan sendiri. Pertama, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran/3: 133).

Kedua, “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS. al-Hadid/57: 21).

Ketiga, “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (QS. al-Muthaffifin/83: 26). Jadi untuk meraihnya adalah berlomba-lomba dalam kebaikan pada saat di dunia.

Pada ayat berikutnya, sangat bisa dipahami kalau Allah kembali menegur manusia dan jin, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 51).*

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button